Selasa, Juli 26, 2016

Trust dan Perilaku Berbahasa



https://media.licdn.com
Menarik! Itulah pemandangan pagi hari saat orang tua mengantar anaknya di Buana Kids. Saya kira pemandangan menarik ini juga terjadi di sekolah-sekolah lain, terutama dalam pendidikan usia dini. Terlihat ada anak-anak yang begitu semangat bersekolah. Wajah mereka berbinar saat bertemu guru dan teman-teman di sekolah. Senyum mereka merekah. Terlihat semangat belajar dengan perasaan bungah. Salim dan kecupan di kening anak dari ibunya menambah semangat belajar di pagi hari yang sedemikian cerah. Ditambah lagi dengan senyuman manis guru-guru yang sudah siap menyambutnya.

Tapi di titik lain, terdapat pemandangan berbeda. Anak datang ke sekolah masih dalam pelukan. Matanya sembab seperti habis menangis. Seperti tidak siap datang ke sekolah. Sambutan guru-guru belum direspon  baik karena anak yang belum siap. Ibunya yang mengantar terlihat gelisah karena harus segera berangkat kerja. Khawatir kalau-kalau telat absen sidik jari.

Selang beberapa saat, ada pula anak yang diantar oleh ayah bundanya. Anak tersebut menangis, tidak mau lepas dari pegangan orang tua. Sama seperti orang tua yang lain, kedua orang tua tersebut juga seperti sedang dikejar waktu harus segera berangkat kerja. Dan rata-rata mereka hadir pada waktu mepet, dalam kondisi ‘crowded,’ bahkan sampai telat.

Orang tua yang sudah terdesak, akhirnya mengambil jalan pintas. Dengan angkuhnya, melepas paksa kemudian segera meninggalkan anaknya di sekolah. Dan itu dilakukan tanpa mengucapkan kata-kata pamitan kepada anaknya. Bahkan ada yang diam-diam, ‘melarikan diri’ saat anaknya tidak melihatnya. Namun siasat itu tidak berhasil karena larinya sang ibu kalah cepat dengan tatapan mata sang anak yang mendapati ibunya sudah tidak di tempat. Dalam hitungan detik anak tersebut langsung mengejar ibunya diiringi dengan tangisan yang memekik.

Apa yang menarik di sini? Sama sekali tidak ada yang menarik, hehe….  Yang justru ada adalah tantangan. Ini menantang buat kita sebagai guru dan orang tua.

Tidak ada yang salah dengan anak. Justru sebaliknya, saat anak bermasalah, yang pertama kali dievaluasi itu orang tuanya. Sebenarnya kalau kita tarik ke belakang, ada begitu banyak masalah yang melingkari orang tua kenapa anaknya bisa sampai tidak siap bersekolah. Setiap hari memberikan respon yang beragam mulai dari menangis, tantrum, tidak mau lepas dari pengawasan orang tua.

Pertama adalah karena kurangnya menanamkan trust (kepercayaan) kepada anak. Trust adalah sikap dasar psikososial yang perlu ditanamkan sedini mungkin terhadap anak. Proses penanaman trust bahkan harus sudah dimulai sejak anak dalam kandungan, sampai anak usia satu tahun. Trust (percaya) akan muncul oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan dalam pemenuhan kebutuhan dasar oleh  orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan memberikan perhatian, kasih sayang, maka anak akan berpendapat bahwa dunianya dapat dipercaya atau diandalkan. Rasa percaya diri anak tumbuh, anak lekas menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan mencurigai lingkungannya.

Yang kedua adalah perilaku berbahasa. Pada kasus ini, saat anaknya ‘bermasalah’ ketika mau berangkat sekolah. Ayah atau ibunya yang mengantar biasanya diam. Tidak mengeluarkan kata-kata. Kalau pun bicara, yang terucapkan kecenderungannya negative, memarahi anak, bahkan sampai melakukan intervensi fisik. Diam adalah tahapan perilaku berbahasa paling rendah. Ini disebabkan karena ketidakmampuannya mengendalikan diri. Ketidakmampuan mengungkap-kan kata-kata. Hasilnya bukannya menyelesaikan, tapi justru malah memformalinkan masalah yang dialami anak sekaligus dirinya.


2 komentar:

  1. mas perlu dilengkapi juga dengan data viewer. itu minimal bikin semangat untuk ngiis blog. manfaat lainnya, siapa tahu menarik pemasang iklan. Kalau di blog saya meski belum ada iklannya, terkadang ada penulis atau penerbit yang ngasih buku buat diriview.

    BalasHapus
  2. Oke mas. Thanks masukannya. Nanti saya otak atik lagi.

    BalasHapus

Mentalitas Menghadapi USBN