Budaya yang tercipta di Buana Kids, saya yakin tidak terbentuk
seketika. Para penggerak yang hampir seluruhnya perempuan, sudah sangat
terbiasa dengan kedisplinan waktu, kerapian meletakkan sesuatu pada tempatnya,
bagaimana cara meletakkan sepatu dan helm dengan rapi sesuai tempatnya, mencuci
piring dan gelas setelah dipakai sendiri, mengambil makanan sendiri.
Ini tampaknya sepele, tapi sebenarnya tidak. Saya yang
terbiasa ‘bebas’, benar-benar seperti berada dalam dunia baru. Dulu, enak
sekali, makan sudah disiapkan, setelah selesai tinggal geletak begitu saja,
sudah ada petugas khusus yang membereskan sekaligus membersihkannya.
Dan inilah yang diajarkan di sekolah ini. Anak-anak pun
diajarkan bagaimana cara meletakkan sepatu sesuai dengan tempatnya, ditunjukkan
cara yang benar meletakkan helm, mencuci gelas dan piring yang telah dipakai
sendiri, termasuk diajarkan bagaimana cara berbahasa yang santun, bagaimana
anak-anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya melalui sentra-sentra
permainan yang bertujuan untuk menumbuhkan semua potensi kecerdasan majemuknya.
Saat jam kerja misalnya, masing-masing konsen dengan
tugasnya. Tidak ada satu pun yang terlihat santai. Aktif, dinamis, dan supel.
Semua dikomunikasikan dengan bahasa yang berpola. Iya, bahasa berpola. Subjek,
predikat, objek, dan keterangan. Tidak ada kalimat perintah dalam setiap
interaksi di sini, yang ada hanyalah kalimat meminta pertolongan. Ucapan alhamdulilah,
subhanallah, hampir setiap saat terujar di sela-sela percakapan. Masing-masing sadar dengan peran dan tanggung
jawabnya masing-masing.
Ini sangat berbeda di luaran sana ketika berbahasa yang lebih
menggunakan bahasa alami yang sesuai dengan gambaran karakter seseorang. Bahasa
yang dipakai seolah menggambarkan pengujarnya mengatakan, bahasa saya seperti
ini, mau menerima atau tidak. Beginilah cara saya berbahasa, tanpa harus
memahami siapa yang diajak bicara.
Ah, daripada penasaran sebaiknya datang saja langsung ke
sini. Lihat langsung, amati langsung, observasi langsung. Rasakan atmosfer
berbeda di sebuah sekolah yang memiliki nuansa dan rasa berbeda.
Ali
Irfan
Pengelola Sekolah Sentra Buana
Kids dan SD Al Biruni
Sekolah
yang menerapkan metode sentra dengan jumlah siswa maksimal 12 anak.
SD
Al Biruni sendiri masih memberikan kesempatan untuk menerima siswa baru.
Silahkan datang langsung ke sekretariat kami di Jl. Raya Pacul No 59-61,
Kecamatan Talang - Kabupaten Tegal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar