parameter manusia, parameter kehidupan |
***
Ternyata saya sering sekali
membuat parameter sendiri dalam memandang suatu peristiwa kehidupan yang saya jalani. Mungkin ini dialami semua
orang ketika saya memandang fase-fase kehidupan saya dan memikirkan persepsi
saya saat itu salah.
Ketika menjalani hidup yang penuh
kesulitan saat kecil, maka sesungguhnya
itu fase pendewasaan dini. Ketika saya tumbuh menjadi pemuda yang
introvert yang dipandang oleh banyak orang sebagai hal negatif, sesungguhnya
itu fase pembentukan karakter seorang pemikir. Ketika saya menjadi pelaut dan
menyesali pola kehidupannya maka sesungguhnya itu adalah fase parameter kemampuan
perenungan saya.
Ketika saya berbangga dengan
karir professional perminyakan yang melesat di usia yang sangat muda sesungguhnya
itu ujian kenikmatan yang sangat berat.
Agar saya merasakan ujian dari persepsi yang berbeda dari pemahaman saya
sebelumnya.
Ketika saya kemudian memutuskan
mandiri usaha dan mengalami kegagalan bertubi-tubi sesungguhnya itu bukanlah
kegagalan akan tetapi suatu fase rekonstruksi ulang pemahaman saya tentang arti
kesuksesan secara luas. Ketika usaha saya mulai tumbuh dengan menyenangkan hati
dan dibarengi pulihnya karir professional saya dengan cepat saat ini, maka saya
harus memikirkan ulang parameter saya untuk fase ini.
Karena sesungguhnya susah dan senang,
sukses dan gagal hanyalah penilaian kita berdasarkan parameter kita sendiri
sebagai manusia yang terbatas sekali pengetahuannya. Akan tetapi ketika saya
merenunginya lebih mendalam sesungguhnya semua rangkaian kehidupan yang telah
saya jalani tersebut adalah sebuah
mozaik kehidupan yang sangat indah. Dimana fase saat ini melewati fase-fase
sebelumnya yang telah kita pandang dengan keterbatasan parameter kita yang
sangat sempit tentang baik buruk. Menang kalah, sukses gagal, dimana semua fase tersebut merupakan suatu mozaik
kehidupan, sebuah rangkaian kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar