Selasa, Oktober 18, 2016

Sudahkah Kita Berbuat untuk Kebahagiaan Mereka?



Ini kisah kala saya masih menjadi guru. Saya pernah mengadakan penelitian kecil-kecilan. Respodennya murid-murid saya sendiri. Di awal saya sudah menyampaikan kepada anak-anak untuk menjawab semua pertanyaan dengan jujur. Saya sampaikan kepada mereka, “Seandainya harus memilih, kalian mau pilih mana, bicara jujur atau dipaksa jujur?”
Serempak anak-anak menjawab, “Jujur.” Penggiringan jawaban saya berhasil. Hehehe…

Pertanyaan pertama dimulai, “Apakah kamu sayang ibu dan ayah?”

Seratus persen jawabannya adalah ya. Pertanyaan saya lanjutkan.

“Apa buktinya kalau kamu sayang sama ayah ibu?”

Dengan polos mereka menjawab, karena selalu memberi apa yang aku minta. Karena ayah selalu memberikan kalung dan gelang emas, ibu membelikan aku baju, mainan, sepatu.
Saya masih menganggap wajar ketika penilaian anak menilai kasih sayang masih dengan materi. Bagi mereka mendapatkan apa yang diinginkan dari orang tua adalah tanda sayang. Tanda cinta orang tua kepada anaknya.

Saya kembali melanjutkan pertanyaan. “Bayangkan 15 tahun lagi kamu adalah orang yang berhasil dalam kehidupan. Jadi orang sukses. Kamu bisa membeli apa saja yang  kamu mau. Bisa mendapatkan apa saja dengan kesuksesan yang kamu miliki. Apa yang akan kamu berikan kepada ayah dan ibumu?”

Mereka antusias menuliskan impian-impiannya. Tita menuliskan, “Jika aku sukses, aku akan membelikan ibu sebuah mobil, motor, tas, dan uang sebanyak satu juta rupiah. Aku juga akan membelikan ayah motor, baju  koko, peci dan uang satu juta rupiah.”

Indri menuliskannya begini, “Jika aku sukses aku akan membelikan umi dan ayah rumah, mobil, uang, tiket haji/umroh, TV, sandal, HP, makanan, mukenah, sarung, kulkas, meja makan, kursi, kasur, meja kaca, dan lemari.”

Sementara Azka hanya menuliskan dua hal ,”Jika aku sukses, aku akan mendaftarkan ayah dan ibu naik haji. Aku juga akan memberikan ayah ibu kasih sayang.”

Lantas, saya memberikan sebuah pertanyaan lanjutan. “Coba hitung berapa usia ayah ibu kamu lima belas tahun mendatang? Katakanlah usia ayah kamu sekarang 40 tahun, jika lima belas tahun lagi berarti usianya 55 tahun. Jika ada yang usianya sekarang 50 tahun, maka dalam waktu 15 tahun ke depan, berarti usianya 65 tahun. Itu pun jika diberi umur panjang oleh Allah. Pertanyaannya adalah apakah semua yang kamu berikan ketika kamu sukses, bisa membahagiakan orang tua kalian?”

Suasana hening. “Bagaimana seandainya kalau ayah ayah ibu kalian sakit-sakitan? Apa masih berguna mobil mewah yang kamu berikan? Kamu sukses, tapi dengan kesuksesan yang kamu miliki apakah bisa membahagiakan orang tua kamu?”

Mereka mikir. Eh, lama-lama malah nangis. 

#Edisi muhasabah sambil merenung sudahkah kita berbuat untuk kebahagiaan mereka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN