Selasa, Oktober 11, 2016

MUTU


National Geographic butuh riset mahal dan tidak sebentar untuk menampilkan sebuah tayangan berdurasi sekitar 5 detik. Narasi juga hanya beberapa kata saja, tidak kurang dari satu paragraf, setiap satu scene-nya. Begitu tayang, kita sangat menikmati setiap detail yang ditayangkan. Itulah hasil kerja yang mengedepankan mutu.

Bangunan bersejarah Eropa masih bisa berdiri kokoh, meski usianya sudah ratusan tahun. Bangunan itu begitu kokoh karena dibuat dengan tingkat presisi yang tinggi. Segala sesuatunya diperhitungkan. Termasuk bahan-bahan yang digunakan. Sehingga berefek jangka panjang, dan masih bisa kita nikmati sampai saat ini. Itulah karya yang mendepankan mutu.

Memang butuh proses panjang dan tidak instan untuk membuat sebuah mahakarya bermutu. Bisa saja bangunan sekarang bisa diselesaikan dengan cepat. Tapi budaya ingin cepat selesai menjadikan kualitas kurang menjadi pertimbangan. Akhirnya berdirilah sebuah bangunan yang rapuh karena mengabaikan mutu.

Bu Sundari saat memberikan pelatihan disiplin dengan cinta - SEMAI
Demikian pula dalam mengawali berbahasa yang berpola di sekolah. Dimana seluruh guru dituntut untuk menerapkan bahasa yang bermutu dalam mendidik anak-anak tanpa memarahi, tanpa melarang, dan tanpa menyuruh. Repot iya, tapi ini akan menjadi kerepotan yang dirindukan.

Melalui SEMAI, kami terus bergerak untuk menyebarkan seluar-luasnya metode sentra kepada sekolah-sekolah, kepada orang tua, yang ingin melihat anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi berkarater. Dan untuk memulainya, selain dari tekad yang dikuatkan dengan niat, kami memulainya dengan kemampuan berbahasa. Bahasa yang berkualitas.

Dan ini yang paling banyak tidak disadari oleh sebagian besar guru dan orang tua. Rata-rata cara berbahasa guru dan orang tua masih bermasalah. Parahnya masalah itu tidak disadari dan tidak dianggap sebagai masalah.

Maka tak mengherankan ketika kita berbicara, anak-anak tidak mengindahkan apa  yang kita ingatkan. Masih banyak orang tua dan guru menasehati anak-anak ketika sedang bermasalah. Dengan alasan sayang, mereka memborbardir dengan rentetan nasehat yang sebenarnya sama sekali tidak didengar. Hasilnya, sia-sia. Sudah berbusa-busa bicara, tapi tidak ada satu pun nasehat yang tersisa.

Guru atau orang tua yang bermutu paham benar momentum yang tepat untuk memberikan nasehat. Pribadi yang meresapi benar sikap mutu ini akan sangat hati-hati dalam mengeluarkan kata-kata, akan sangat hati-hati dalam bertindak, lebih mudah sabar, dan tidak serampangan. Sikap, tingkah laku, dan tutur katanya dipertimbangkan, tidak asal bicara, bahkan dengan alasan sayang sekalipun.
Ketika kata-kata kita tidak didengar boleh jadi karena cara berbahasa kita yang tidak bermutu. Marah, melarang, bahkan memerintah, sudah semestinya dihindari dalam mendidik anak, lebih-lebih anak usia dini.

Mutu ini merupakan satu dari 18 sikap yang diajarkan dalam metode sentra. Satu saja kita menguasai mutu maka akan berefek kepada sikap positif yang lain. Kata-kata yang kita ucapkan bermutu. Apa yang kita lakukan bermutu. Istirahat pun bermutu. Ibadah kita bermutu. Saat ada masalah, sebagai orang bermutu pasti kita akan sabar. Orang bermutu tidak mudah marah. Kata-katanya bahkan selalu ditunggu, bahkan diburu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN