Minggu, Oktober 16, 2016

Menaklukkan Azzam dengan Bahasa

Saat sedang berlangsung kelas pelatihan SEMAI yang membahas penggunaan bahasa berpola tanpa 3M, tiba-tiba seorang anak  masuk ke ruang pelatihan. Namanya Azzam. Kehadirannya mengalihkan perhatian. Tidak hanya Bu Sundari, tetapi juga seluruh peserta pelatihan.

Kedatangan Azzam yang tiba-tiba seperti membawa soal yang akan menguji materi pelatihan yang sedang berlangsung. Anak yang luar biasa itu seperti menjelma menjadi dua soal yang harus dipecahkan saat itu juga oleh Bu Sundari.
Suasana pelatihan SEMAI (15/10)

Bisakah Bu Sundari mendisiplinkan Azzam tanpa harus melarang, memarahi, atau pun menyuruh?

Apakah bisa hanya dengan bahasa yang berpola, Azzam yang berada pada tempat yang tidak seharusnya, bisa kembali ke kelas dengan penuh suka rela tanpa harus kita perintah?

Dengan lembut, Bu Sundari melemparkan pertanyaan kepada Azzam.

“Azzam ada keperluan apa di ruang pelatihan?”

Azzam hanya tersenyum. Dia malah ambil microphone kemudian memainkannya. “Halo-halo. Tes. Tes!”

Saat itu Azzam tepat berada di sebelahku. Karena sedang dalam kendali Bu Sundari, saya hanya melihatnya, hanya memberikan senyuman kepada Azzam. Salah satu peserta sempat ada yang memberi kode. “Microphonenya diambil saja sama Pak Irfan.”

Tidak lama kemudian Bu Sundari melanjutkan bertanya kepada Azzam

“Kalau Azzam masih penasaran dengan microphone, Bu Sundari izinkan memainkannya. Azzam perlu berapa menit untuk bermain michrophone?”

Azzam memberi kode dengan menangkat kelima jari  tangan kanannya.

“Lima menit? Sepertinya terlalu lama. Bagaimana kalau tiga menit?”

“Lima menit,” jawab Azzam tidak berubah pikiran.

“Baik kalau lima menit. Nanti Azzam bisa kembali setelah jarum panjang ada di angka tujuh.”

Lalu, Bu Sundari pun melanjutkan paparannya.  Seluruh peserta terlihat penasaran, apa yang akan terjadi di lima menit kemudian.

“Azzam waktunya tinggal satu menit lagi,” Bu Sundari mengingatkan.

Tidak lama kemudian. Microphone sudah Azzam letakkan ke tempat semula. Kemudian dia langsung berlari meninggalkan ruang pelatihan.

***

Saya tidak bisa bayangkan bagaimana jika saya langsung mengambil alih microphone yang sedang dimainkan Azzam. Bisa dipastikan dia akan menolak. Dampaknya dia akan lebih lama lagi berada di dalam ruang pelatihan. Bu Sundari melakukan pendekatan bahasa tanpa 3M. Paling parah jika kehadiran Azzam dianggap mengganggu, kita langsung potong kompas, dengan langsung menariknya keluar ruangan.

Ia paham benar, rasa ingin tahu  Azzam sedang tinggi-tingginya. Ketika rasa ingin tahu itu ditahan, Azzam malah semakin penasaran. Dan Bu Sundari memberikan kesempatan Azzam  untuk memuaskan rasa ingin tahunya dengan batasan waktu. Lima menit. Dan ternyata berhasil! Tanpa melarang, tanpa memerintah, tanpa memarahi.



  

2 komentar:

Mentalitas Menghadapi USBN