Wajah Aisyah sumringah. Ia baru saja mengkreasikan tasnya
menjadi lebih cantik dengan tambahan warna hijau, jingga, dan merah. Ia ingin
menunjukkan hasil karyanya kepada ibu tercinta. “Ibu, tasku cantik ya,” ucap
Aisyah sambil memperlihatkan tas yang sudah ia warnai dengan crayon.
Melihat tasnya jadi berubah ‘cantik’ sang ibu mencoba
mengapresiasi. Reaksi ibu sudah bagus. Tidak menunjukkan ekspresi marah maupun
melarang.
“Oh, iya bagus sekali
ya. Anak ibu memang kreatif, tapi lain kali kalau mewarnai di buku gambar ya…”
Sayang, mendengar jawaban dari ibunya, rona wajah Aisyah
berubah. Yang semula sumringah jadi terlihat kecewa. Sang ibu menjadi
bertanya-tanya. Apa ada yang salah dengan caranya mengingatkan?
Mari kita telusuri bagaimana cara ibu mengapresiasi.
Sekilas kita amati, yang ibu sampaikan terlihat tidak ada
masalah. Namun sebenarnya ada satu kata yang membuat reaksi anaknya berubah; kata
tapi. Kata “tapi” bersifat
meniadakan, menghilangkan arti dari kalimat atau frasa sebelumnya. Awalnya mengangkat
tapi setelah itu menjatuhkan. Sifat meniadakan itu tidak akan terjadi ketika
ada penambahan fakta lagi yang bisa menguatkan alasan yang menunjuk kepada
fakta. Seperti misalnya
Oh anak ibu menemukan tempat baru untuk mewarnai ya.
Tapi sebaiknya kita mewarnai di tempat yang sesuai ya. Ada kertas yang bisa
digunakan untuk menggambar dan mewarnai
Kalimat di atas memang ada kata tapi. Tetapi pada bagian
terakhir ada fakta yang lebih menguatkan tentang fungsi sebuah kertas.
Bisa pula kita perlihatkan fakta yang lain, “warna krayon di tas akan pudar jika kena
air.”
Jika tertarik ingin menggali lebih dalam bisa mengajak anak
berdiskusi. Dan kita harus siap melakukan improvisasi untuk memberikan jawaban
dengan bahasa yang tepat. Misalnya dengan melemparkan pertanyaan.
“Fungsi tas untuk apa
Aisyah?”
“Aisyah nyaman dengan
tas yang sudah diwarnai crayon?”
Jika Aisyah jawab, “Nyaman” bisa kita berikan pertanyaan
lanjutan,
“Apakah benar fungsi tas untuk diwarnai?”
Atau dengan pertanyaan,
“Apakah Aisyah sudah menggunakan tas
sesuai fungsinya?”
Bisa tambahkan fakta-fakta lain untuk menguatkan.
Tas Aisyah akan lebih indah warnanya bukan dengan krayon, karena krayon
untuk mewarnai kertas.
Kalau Aisyah akan mewarnai, Aisyah bisa menggunakan kertas yang sudah ibu
sediakan
Warna krayon pada tas bisa luntur ketika kena air. Jadi keindahannya bisa
hilang.
Kalau Aisyah mewarnai di kertas, kertasnya bisa ibu pajang di dinding.
Jadi bisa dilihat ayah juga
Intinya bawa ke arah fakta. Biasanya ketika anak tahu
mengerjakan sesuatu yang tidak pada mestinya, akan nyengir, apalagi kalau di sekolah sudah jadi pembiasaan saat
kegiatan jurnal pagi dan siang di sekolah.
Faktor intonasi
ketika mengucapkan juga tidak kalah penting. Memberikan apresiasi sudah bagus,
asal tidak berlebihan. Cukup sewajarnya saja. Penyampaian pun mesti tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar