Senin, Oktober 17, 2016

Kreatif Memilih Bahasa



Wajah Aisyah sumringah. Ia baru saja mengkreasikan tasnya menjadi lebih cantik dengan tambahan warna hijau, jingga, dan merah. Ia ingin menunjukkan hasil karyanya kepada ibu tercinta. “Ibu, tasku cantik ya,” ucap Aisyah sambil memperlihatkan tas yang sudah ia warnai dengan crayon.

Melihat tasnya jadi berubah ‘cantik’ sang ibu mencoba mengapresiasi. Reaksi ibu sudah bagus. Tidak menunjukkan ekspresi marah maupun melarang.

“Oh, iya bagus sekali ya. Anak ibu memang kreatif, tapi lain kali kalau mewarnai di buku gambar ya…”

Sayang, mendengar jawaban dari ibunya, rona wajah Aisyah berubah. Yang semula sumringah jadi terlihat kecewa. Sang ibu menjadi bertanya-tanya. Apa ada yang salah dengan caranya mengingatkan?

Mari kita telusuri bagaimana cara ibu mengapresiasi.

Sekilas kita amati, yang ibu sampaikan terlihat tidak ada masalah. Namun sebenarnya ada satu kata yang membuat reaksi anaknya berubah; kata tapi. Kata “tapi” bersifat meniadakan, menghilangkan arti dari kalimat atau frasa sebelumnya. Awalnya mengangkat tapi setelah itu menjatuhkan. Sifat meniadakan itu tidak akan terjadi ketika ada penambahan fakta lagi yang bisa menguatkan alasan yang menunjuk kepada fakta. Seperti misalnya

Oh anak  ibu menemukan tempat baru untuk mewarnai ya. Tapi sebaiknya kita mewarnai di tempat yang sesuai ya. Ada kertas yang bisa digunakan untuk menggambar dan mewarnai

Kalimat di atas memang ada kata tapi. Tetapi pada bagian terakhir ada fakta yang lebih menguatkan tentang fungsi sebuah kertas.

Bisa pula kita perlihatkan fakta yang lain, “warna krayon di tas akan pudar jika kena air.”
Jika tertarik ingin menggali lebih dalam bisa mengajak anak berdiskusi. Dan kita harus siap melakukan improvisasi untuk memberikan jawaban dengan bahasa yang tepat. Misalnya dengan melemparkan pertanyaan.

“Fungsi tas untuk apa Aisyah?”

“Aisyah nyaman dengan tas yang sudah diwarnai crayon?”

Jika Aisyah jawab, “Nyaman” bisa kita berikan pertanyaan lanjutan,

“Apakah benar fungsi tas untuk diwarnai?”

Atau dengan pertanyaan, 

“Apakah Aisyah sudah menggunakan tas sesuai fungsinya?”

Bisa tambahkan fakta-fakta lain untuk menguatkan.

Tas Aisyah akan lebih indah warnanya bukan dengan krayon, karena krayon untuk mewarnai kertas.

Kalau Aisyah akan mewarnai, Aisyah bisa menggunakan kertas yang sudah ibu sediakan

Warna krayon pada tas bisa luntur ketika kena air. Jadi keindahannya bisa hilang.

Kalau Aisyah mewarnai di kertas, kertasnya bisa ibu pajang di dinding. Jadi bisa dilihat ayah juga

Intinya bawa ke arah fakta. Biasanya ketika anak tahu mengerjakan sesuatu yang tidak pada mestinya, akan nyengir, apalagi kalau di sekolah sudah jadi pembiasaan saat kegiatan jurnal pagi dan siang di sekolah.

Faktor intonasi ketika mengucapkan juga tidak kalah penting. Memberikan apresiasi sudah bagus, asal tidak berlebihan. Cukup sewajarnya saja. Penyampaian pun mesti tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN