Senin, Agustus 29, 2016

Pelajaran Dari Kertas Kado

Bu Uci membuka kado yang isinya diprediksi adalah jam dinding. Itu yang memang saya butuhkan untuk saya pasang di ruang pelatihan. Dan pelajaran besar baru saja dimulai. Bu Uci mulai membuka kado. Pelan sekali dan terlihat sangat hati-hati. Perlahan ia mencari solatip yang menempelkan kertas, membukanya perhalan dengan kasih sayang seolah tak ingin kertas itu terluka karena robek.

Saya yang melihatnya, sempat membatin, “Buka kado saja kok lama sekali bu.” Bu Uci masih dengan sabar membuka kado dengan sangat hati-hati, sementara saya sudah tidak sabar ingin cepat-cepat memasang jam dinding di tembok.


Sampai akhirnya saya tidak kuasa untuk bertanya.

“Bu, kenapa lama sekali buka kadonya. Kalau saya yang buka, sudah dari tadi jam dinding itu sudah terpasang,” kata saya tidak sabaran.

“Iya, pak. Barangkali kertas kadonya bisa dipakai lagi.” Dengan kalemnya Bu Uci menjawab pertanyaan itu, dan jawaban Bu Uci membuat saya merasa tertampar, betapa tidak sabarannya saya. Betapa serampangannya diri ini. Lantas saya berpikir, jika saya yang membuka kado itu, sudah pastilah rusak kertas kado beserta kardus pembungkusnya.

Fokus saya membuka kado hanya satu, bagaimana agar barang yang terbungkus dalam kado itu bisa saya dapatkan. Dan demi mendapatkan yang saya inginkan, saya justru malah mengabaikan yang lain. Membiarkan kertas kado kesakitan. Terkoyak. Disobek-sobek sampai menjadi bentuk yang tak beraturan. Belum cukup sampai disitu, saya lanjutkan dengan meremas bekas kertas kado itu lalu melemparnya ke dalam tong sampah. Dan kertas pembungkus kado itu dalam waktu singkat sudah berubah menjadi sampah. Itu artinya turut menambah volume sampah yang menjadi masalah di negeri ini.

Coba bayangkan, jika semua orang bertindak sekaligus bersikap sebagaimana Bu Uci melepas bungkus kado. Saya yakin, tidak akan lagi ditemukan sampah-sampah kertas berserakan. Hidupnya bermutu. Segala sesuatu yang dikerjakan berkualitas. Tapi sebaliknya jika berpikiran seperti saya, pastilah banyak kertas terbuang sia-sia. Ada begitu sampah kertas yang menggunung.

Padahal kita tahu dari apa kertas itu diproduksi kalau bukan dari pohon-pohon. Semakin banyak kertas yang dibuang sia-sia, maka semakin banyak pula pohon-pohon yang akan ditebang untuk memproduksi kertas. Itu artinya pasokan oksigen menjadi berkurang jika tidak dibarengi dengan kegiatan menanam pohon. Lihat! Dari aktivitas membuka kertas kado yang kelihatannya sepele ternyata dapat berdampak buruk terhadap lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN