Rabu, Agustus 03, 2016

Aliesha

Di usianya yang masih batita, Aliesha sudah menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Saya melihat seperti ada banyak kata yang ingin diungkapkan. Sudah cepat merespon. Menariknya lagi punya inisiatif!


Suatu ketika, uminya mengajak pergi bersama. Saat sedang bersiap-siap, ia langsung mengambil jilbab, lengkap dengan selendang dan langsung dikalungkan di leher. Kadang ia meminta bantuan untuk langsung dipakaikan. Di kesempatan lain, ia mendekati ayahnya dengan menunjukkan sebuah gelagat minta gendong. “Aliesha mau gendong? Selendangnya mana?”

Begitu saya katakan itu, Aliesha langsung masuk ke dalam rumah. lalu keluar lagi sambil menyeret selendang. Kalau sudah begini, ayah mana yang tega menolak permintaannya.

Aliesha juga termasuk peniru ulung. Ia banyak belajar dari kakaknya yang tak kalah talkative! Ia perhatikan setiap kata yang diucapkan Like, kakaknya. Waktu itu saya bertanya kepada Like dengan penuh semangat.

“Siapa yang mau ikut bermain sama ayah?” 

“Like….!” Jawab Like semangat dengan nada yang agak panjang.

 “Siapa yang mau bantuin ayah?”

“Like….!”

“Siapa yang mau ikut nyuci motor sama ayah?”

“Like….!” Jawabnya lagi dengan nada yang sama.

Secara diam-diam cara kakaknya menjawab didengar Aliesha, adiknya. Ketika saya melemparkan pertanyaan “siapa yang…” langsung dijawabnya, “Aliesha…!”

“Siapa yang mau nyuci piring sama ayah?”

“Aliesha..!”

“Siapa yang mau bantuin ayah menyapu lantai?”

“Aliesha..!”

“Siapa yang…”

“Aliesha…!”

Sedemikian responsif, pertanyaan belum selesai langsung dijawab.  Kami pun tertawa bersama melihat kelucuannya. Dan saya baru sadar, sebutan dia sebagai peniru ulung saya rasa kurang tepat. Jika dia peniru ulung, tentu nama yang disebut, adalah nama kakaknya. Tapi ini nama sendiri yang disebut.  Ya, di usianya yang satu setengah ini ia sudah mampu menyebut namanya, sudah sadar peran, sudah mengenal diri dan orang lain. Sudah mengenal konsep memberi dan berbagi.

Tidak hanya itu, ketika saya mengajak bermain tepuk pun, Aliesha langsung menyambut dengan segera. “Tepuk satu!” Langsung Aliesha bertepuk tangan. Bahkan saat nyanyi pun dia ikut bersenandung bersama.

“Siapa pencipta langit?”

“Allah!”

“Siapa pencipta bulan?”

“Allah!”

“Siapa pencipta awan?”

“Allah!”

“Siapa pencipta bakwan?”

“Ayah!”

Seketika aku peluk erat Aliesha, sebagai bentuk apresiasi atas perkembangan yang sudah sedemikian pesat di usianya yang masih batita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN