Senin, Januari 23, 2017

Anak-anak yang Kurindukan



Ali Irfan saat memberikan training motivasi dalam acara Mabit MI Luqman Al Hakim - foto- foto2 by Araf Hakim
Saya merasa bahagia bisa dipertemukan dengan anak-anak hebat pada kesempatan Mabit MI Luqman Al Hakim belum lama ini. Saya juga tak kalah bahagianya pernah menjadi bagian sejarah dari MI Luqman Al Hakim. Mendidik dan membersamai mereka di sekolah menjadi sejarah tersendiri buat saya sekaligus menjadi sumber inspirasi.

Malam itu saya memperkenalkan diri sebagai Pak Irfan. Anak-anak melongo. Saya sampaikan dulu identitas saya ketika masih mengajar di Luqman Al Hakim adalah Ustad Ali. Berkacamata, guru ramah, menyenangkan, dan selalu ceria. Tapi sekarang identitas saya berubah. Di tempat saya yang baru, SEMAI, saya memang menjadi manusia baru. saya bukan lagi sebagai Ustad Ali, tapi sebagai Pak Irfan. Bedanya Pak Irfan tidak lagi pakai kacamata, dengan gaya bahasa yang berbeda.

Di hadapan mereka saya minta persetujuan, sayang mereka keberatan. Anak-anak lebih memilih tetap menyapa saya Ustad Ali. Tapi tidaklah mengapa. Mereka tetap murid saya. Saya tetap guru mereka. Bukankah hubungan guru murid tidak akan terputus hanya karena sudah tidak berada pada satu sekolah lagi.

Kehadiran saya di sana difasilitasi Ustad Daiman selaku Kapal Madrasah dan Ustad Araf sebagai Waka Kesiswaan. Tujuannya satu, mengisi training motivasi anak-anak kelas 6. Pertemuan ini sekaligus mengingatku saat masih bersamai mereka di sekolah. Itulah masa-masa yang masih kurindukan sampai detik ini.


Pernah beberapa kali saya silaturahim ke sekolah, tapi karena tujuannya hanya bertemu dengan beberapa guru, membuat pertemuan dengan anak-anak terasa belum optimal. Ketemu hanya sekedar menyapa setelah itu mereka kembali masuk ke kelas lagi untuk belajar.

Pertanyaan yang seringkali keluar saat saya bermain di sekolah adalah,

“Kenapa Ustad Ali pindah?”

“Kenapa Ustad Ali tidak ngajar lagi?”

“Sekarang ustad Ali ngajar dimana?”

Saya pikir inilah momentum tepat untuk memberikan jawaban secara lengkap. Harapannya dengan memberikan jawaban ini, ketika suatu saat saya main lagi ke sekolah, pertanyaan anak-anak sudah berbeda dan berganti dengan pertanyaan-pertanyaan lain.

Saya sampaikan bahwa kepindahan Ustad Ali ke tempat yang sekarang itu dalam rangka hijrah. Bahasa kerennya itu move on. Dari tempat yang baik menuju tempat yang lebih baik lagi. Alasan lain adalah punya misi menyebarkan ilmu dengan jangkauan yang lebih luas lagi melalui lembaga pelatihan yang saya kelola. Sekaligus mengajarkan pengalaman yang telah saya dapat selama menjadi guru di MI Luqman Al Hakim, sekaligus belajar dunia baru yang memang tidak jauh-jauh dari passion saya saat ini. Teaching, writing, & training.

Malam itu saya menyampaikan pentingnya kita untuk melangitkan impian. Ketika impian sudah terlangitkan, maka langkah berikutnya adalah memantaskan diri untuk bisa meraih impian itu. Katakanlah kita ingin membahagiakan orang tua agar kita bisa meraih syurga. Tapi ketika masih sering membuat orang tua kita kecewa, maka syurga belum pantas untuk kita. Ketika shalat masih belum lengkap, maka syurga belum pantas untuk kita.

Cara lain adalah dengan memberikan manfaat seluas-luasnya untuk banyak orang. Semakin sering kita dimanfaatkan, maka akan semakin besar ladang pahala yang bisa kita dapatkan. Tapi ketika orang lain jarang memanfaatkan kita, itu berarti hati kita masih belum bening. Ketika ada yang tidak meminta pertolongan dari kita, itu artinya hati kita belum jernih.

Jika belum ada yang memanfaatkan kita, maka bisa dimulai dengan dengan menawarkan diri agar orang lain bisa memanfaatkan kita, menawarkan pertolongan buat orang lain baik yang membutuhkan maupun terlihat tidak membutuhkan. Dengan begitu kita menjadi semakin bermanfaat.


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN