Rabu, Januari 03, 2018

INTONASI YANG STABIL DAN BAHASA YANG BERMUTU



Ada guru yang ketika di kelas kurang bisa mengontrol suara. Saya ingat pada suatu ketika saya berkesempatan melakukan Monev di sebuah sekolah di Bogor dan Bandung. Saat itu jumlah siswanya mencapai 46 siswa! Jelas angka itu masuk kategori overload. Energi yang dikeluarkan guru pun harus ekstra. Tanpa ada alat bantu berupa pengeras suara, suara yang terdengar di telinga saya seperti teriak-teriak. Sesekali terlihat menunjukkan ekspresi marah, karena kalimatnya yang tidak direspon. Selepas pembelajaran, guru seperti terlihat habis melakukan marathon, dan buru-buru mencari air mineral.

Pada kesempatan yang lain saya juga ada temuan di sebuah kelas yang sebenarnya dari segi jumlah murid tidak lebih dari 20 anak juga mengalami masalah yang sama. Guru perlu kontrol suara. Padahal kapasitas kelasnya ideal, jumlah anaknya tidak terlalu gemuk, hanya belasan anak. Tapi kontrol suara guru seperti tidak terkendali. Masih terlampau tinggi. Yang terdengar di telinga saya bahkan seperti orang yang sedang teriak-teriak.

Lalu bagaimana sebenarnya intonasi bahasa di kelas yang baik itu?

Intonasinya tidak terlalu rendah tidak pula terlalu tinggi. Tanpa ada teriakan, tapi bisa memastikan suara yang keluar terdengar oleh anak-anak. Mengapresiasi seperlunya, mengingatkan pun dengan kalimat pernyataan tidak langsung (non directive statement) dengan ungkapan yang sama sekali tidak menyinggung perasaan, apalagi melakukan perundungan.

Kalimat yang terucap pastikan bahasa yang bermutu, bahasa-bahasa yang tidak bermutu sebaiknya dihindari. Kita juga harus yakin dengan kalimat-kalimat yang akan kita sampaikan, serta paham benar konsekuensi dari pesan yang kita ucapkan.

Ali Irfan
Public Relation Buana Kids dan SD Al Biruni


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN