Ketika kita menempatkan diri pada satu level tertentu. Percayalah,
maka yang lain pun akan mengikuti. Cepat atau bertahap, perhalan-lahan ikut
menyesuaikan sesuai dengan level yang kita pilih. Sayang, terlalu banyak dari
kita yang membatasi diri. Seperti misalnya begini, “Kalau anak saya sekolah di
sekolah itu, apakah saya mampu. Sekolahnya bagus sih, tapi..?” Ini bentuk
membatasi diri.
Ketika kita menyekolahkan anak kita di sekolah yang gratis,
ya mungkin level (rezeki) kita baru sebatas begitu. Tetapi kalau kita memilih
sekolah yang bagus, dengan biaya yang mahal, bahkan menurut ukuran kantong kita
juga mahal, tapi kita terus memantaskan diri, dan bukan membatasi diri insya
Allah rezeki kita juga akan menyesuaikan.
Belum lama ini saya cukup terhenyak, ada salah satu orang
tua murid yang mengeluhkan, ternyata pengeluarannya selama ini untuk anaknya
yang belajar di sekolah pemerintah, ternyata setara atau sedikit lebih mahal
dengan biaya sekolah swasta yang kualitasnya sangat bagus.
Setiap hari uang saku yang ia keluarkan untuk anaknya adalah
20ribu. Bisa dikalikan dengan 30 hari dengan asumsi tiap hari jajan. Total
600ribu. Perubahan akhlak dan kepribadiannya pun belum menggembirakan. Malah
lebih cenderung memprihatinkan.
Akhirnya ia memutuskan untuk menyekolahkan anaknya di
sekolah yang mahal. Meski harus menanggung resiko biaya. Memilih sekolah yang
memang mengedepankan pendidikan karakter paling tidak agak sedikit lega. Tidak
membuat cemas, karena lingkungan sekolah cukup terjaga.
Namun, bukan berarti ketika kita sudah bayar mahal untuk
sekolah, lantas kita hanya tinggal duduk manis. Peran orang tua tetap menempati
peranan besar. Kedekatan orangtua tetap dibutuhkan. Perhatian, cinta, kasih sayang,
tetap harus diberikan. Karena kita tahu sekolah itu bukan bengkel, yang hanya
bertugas memperbaiki (akhlak) anak. Bukan laundry yang membersihkan anak kotor
(bermasalah), jadi bersih kembali tanpa noda.Karena sekolah adalah investasi, dan
bukan sekedar transaksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar