Rabu, Januari 10, 2018

Memantaskan Diri, Bukan Membatasi Diri



Ketika kita menempatkan diri pada satu level tertentu. Percayalah, maka yang lain pun akan mengikuti. Cepat atau bertahap, perhalan-lahan ikut menyesuaikan sesuai dengan level yang kita pilih. Sayang, terlalu banyak dari kita yang membatasi diri. Seperti misalnya begini, “Kalau anak saya sekolah di sekolah itu, apakah saya mampu. Sekolahnya bagus sih, tapi..?” Ini bentuk membatasi diri.

Ketika kita menyekolahkan anak kita di sekolah yang gratis, ya mungkin level (rezeki) kita baru sebatas begitu. Tetapi kalau kita memilih sekolah yang bagus, dengan biaya yang mahal, bahkan menurut ukuran kantong kita juga mahal, tapi kita terus memantaskan diri, dan bukan membatasi diri insya Allah rezeki kita juga akan menyesuaikan.

Belum lama ini saya cukup terhenyak, ada salah satu orang tua murid yang mengeluhkan, ternyata pengeluarannya selama ini untuk anaknya yang belajar di sekolah pemerintah, ternyata setara atau sedikit lebih mahal dengan biaya sekolah swasta yang kualitasnya sangat bagus.
Setiap hari uang saku yang ia keluarkan untuk anaknya adalah 20ribu. Bisa dikalikan dengan 30 hari dengan asumsi tiap hari jajan. Total 600ribu. Perubahan akhlak dan kepribadiannya pun belum menggembirakan. Malah lebih cenderung memprihatinkan.

Akhirnya ia memutuskan untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang mahal. Meski harus menanggung resiko biaya. Memilih sekolah yang memang mengedepankan pendidikan karakter paling tidak agak sedikit lega. Tidak membuat cemas, karena lingkungan sekolah cukup terjaga.   

Namun, bukan berarti ketika kita sudah bayar mahal untuk sekolah, lantas kita hanya tinggal duduk manis. Peran orang tua tetap menempati peranan besar. Kedekatan orangtua tetap dibutuhkan. Perhatian, cinta, kasih sayang, tetap harus diberikan. Karena kita tahu sekolah itu bukan bengkel, yang hanya bertugas memperbaiki (akhlak) anak. Bukan laundry yang membersihkan anak kotor (bermasalah), jadi bersih kembali tanpa noda.Karena sekolah adalah investasi, dan bukan sekedar transaksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN