Selasa, Januari 02, 2018

18 Sikap yang Perlu Dikuasai sebelum Mempraktekkan Bahasa Tanpa 3M

Kegiatan Pembelajaran di Sekolah Al Biruni
Kemampuan berbahasa memang hanya dapat dirasakan hasilnya ketika dipraktekkan. Di sanalah kita akan tahu sejauh mana cara berbahasa yang kita kuasai. Tidak hanya harus mengerti rumus, tapi juga ada satu hal paling mendasar yang perlu dimiliki kita sebagai orang tua. Yakni tentang kemampuan manajemen diri untuk bisa menerapkan 18 sikap yang sudah seharusnya melekat dalam diri kita sebagai guru dan orang tua.

Dengan menguasai 18 sikap ini, maka akan mempermudah kita untuk tidak mengeluarkan kata-kata 3M ini. Ketika kita akan marah, maka ingat sikap sabar, ramah, dan kasih sayang. Ketika kita ingin memerintah, ingat sikap tanggung jawab, berpikir positif, dan juga sikap hormat. Ketika kita ingin melarang, ingat sikap disiplin, dan lain sebagainya. Kedelapan belas sikap ini diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam Asmaul Husna. Dan bisa menjadi rem, jika suatu saat nanti kita akan kehilangan kendali dalam mengelola emosi. 

Syukur
Ikhlas
Kasih Sayang
Khusyuk
Jujur
Rajin
Rendah Hati
Sabar
Ramah
Bersih
Mutu
Istiqomah
Disiplin
Tanggung Jawab
Taqwa
Berpikir Positif
Hormat
Qanaah

Menarik apa yang ditulis Ibu Puput Pujihastuti yang mengisahkan pengalamannya menerapkan bahasa tanpa 3M saat menghadapi putrinya. Selebihnya saya kutip tulisan Bu Puput yang diambil dari laman facebooknya.

Siang itu setelah si kecil merengek meminta dibuatkan jus, tiba-tiba terdengar suara kulkas tertutup keras. Saya tengok, si kecil langsung lari dan menutup muka dengan bantal. Sepertinya ia takut sesuatu.

Saya buka kulkas dan ternyata 1 gelas jus tumpah di dalam freezer. Astaghfirullah.. di tengah-tengah repotnya saya mengurus pekerjaan rumah seperti bersih-bersih, beres-beres, ada saja kejadian yang hampir bisa menghilangkan kesabaran.

Ingin emosi? Pasti. Dan itu hampir saja terjadi.

Untungnya ketika itu saya hanya mengatakan kepada si kecil, “Ada jus tumpah di dalam kulkas. Sepertinya ada yang perlu bertanggung jawab.”

Si kecil segera bangun, ambil kain lap, bolak-balik dari kulkas ke kamar mandi. Entah apa yang dia lakukan. Sepertinya tidak mudah membersihkan freezer yg lumayan tinggi buat dia, apalagi di dalamnya banyak es dan kotak makan. Saya biarkan saja. Satu kesalahan saya adalah tidak mengamati apa yang dia lakukan. Biarlah.. tunggu hati ini aman, agar tidak keluar kalimat yang menyakitkan.

Setelah selesai, ia mendekat dan mengatakan, "umi..sudah bersih."
 
Saya hanya menjawab, ya.. seraya sibuk dengan urusan sendri.

Malam pun tiba dan saya ingin membuat segelas es. Ketika saya buka freezer. Masya Allaah.. sangat rapi dan bersih. Tak ada sedikitpun bekas jus yang tumpah, ditambah dinding-dinding yang sebelumnya agak kotor krn belum sempat sy bersihkan, kini berubah jadi bersih. Penataan es, gelas, dan kotak makan di dalam freezer pun tertata rapi sesuai jenis dan ketinggian. Entah siapa yg mengajarkan, tapi ini lebih rapi dari sebelumnya.

Astaghfirullah.. saya jadi ingat kejadian siang tadi, meskipun saya tidak memarahi, tapi tetap saja putri saya merasa bersalah, ditambah saya lupa mengapresiasinya atau sekedar mengucapkan terimakasih ketika putri saya mengatakan sudah bersih. Seandainya saya memarahinya karena kejadian tadi, sungguh lisan ini akan berdosa.

Menyesal..

Saya tengok di kamar, si kecil sedang tidur terlelap. Wajah polosnya terlihat sangat menggemaskan. Diri ini semakin merasa bersalah. Saya dekati dan mengatakan, sayang.. umi sayang ya.. maafin umi ya.Terkadang para orang tua sering kali meremehkan si kecil. Padahal dia hanya butuh sedikit kesabaran kita utk bisa bereksplorasi dan belajar banyak. Menjadi orang tua memang perlu banyak belajar.

***

Bayangkan, jika Bu Puput langsung memberikan reaksi marah atas jus yang tumpah? Bisa jadi tidak akan ada kisah yang panjang ini. Kemampuan kita mengendalikan diri untuk tidak mudah emosi, menjadi satu syarat wajib untuk bisa menerapkan Disiplin dengan Cinta.

Kata kunci dari Disiplin dengan Cinta ini adalah penggunaan bahasa. Pemilihan diksi yang tepat, penggunaan bahasa yang  terstruktur, baik dalam menyampaikan informasi maupun dalam memberikan apresiasi. Barangkali seperti yang disadari oleh Bu Puput sendiri, ada satu fase yang terlewat dalam kejadian di atas. Sang ibu belum memberikan apresiasi atas apa yang sikap ananda yang telah bertanggung jawab atas perbuatannya.

Misalnya dengan menyampaikan apresiasi seperti ucapan terimakasih, “Terimakasih, (sebut nama) sudah bertanggung jawab. Lain kali kalau mau buka kulkas perlu kontrol gerakan. (Sebut nama) bisa belajar dari pengalaman dari kejadian ini."

Iya, sebagai orang tua kita memang perlu banyak belajar. Jika sudah terlanjur memang yang hadir hanya penyesalan.Kenapa? karena kalau datangnya di awal itu namanya pendaftaran. Hehehe…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN