Kegiatan Pembelajaran di Sekolah Al Biruni |
Kemampuan berbahasa memang hanya
dapat dirasakan hasilnya ketika dipraktekkan. Di sanalah kita akan tahu sejauh
mana cara berbahasa yang kita kuasai. Tidak hanya harus mengerti rumus, tapi
juga ada satu hal paling mendasar yang perlu dimiliki kita sebagai orang tua.
Yakni tentang kemampuan manajemen diri untuk bisa menerapkan 18 sikap yang
sudah seharusnya melekat dalam diri kita sebagai guru dan orang tua.
Dengan menguasai 18 sikap ini, maka
akan mempermudah kita untuk tidak mengeluarkan kata-kata 3M ini. Ketika kita
akan marah, maka ingat sikap sabar, ramah, dan kasih sayang. Ketika kita ingin
memerintah, ingat sikap tanggung jawab, berpikir positif, dan juga sikap
hormat. Ketika kita ingin melarang, ingat sikap disiplin, dan lain sebagainya. Kedelapan
belas sikap ini diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam Asmaul Husna.
Dan bisa menjadi rem, jika suatu saat nanti kita akan kehilangan kendali dalam
mengelola emosi.
Syukur
|
Ikhlas
|
Kasih Sayang
|
Khusyuk
|
Jujur
|
Rajin
|
Rendah Hati
|
Sabar
|
Ramah
|
Bersih
|
Mutu
|
Istiqomah
|
Disiplin
|
Tanggung Jawab
|
Taqwa
|
Berpikir Positif
|
Hormat
|
Qanaah
|
Menarik apa yang ditulis Ibu Puput
Pujihastuti yang
mengisahkan pengalamannya menerapkan bahasa tanpa 3M saat menghadapi putrinya.
Selebihnya saya kutip tulisan Bu Puput yang diambil dari laman facebooknya.
Saya buka
kulkas dan ternyata 1 gelas jus tumpah di dalam freezer. Astaghfirullah.. di
tengah-tengah repotnya saya mengurus pekerjaan rumah seperti bersih-bersih,
beres-beres, ada saja kejadian yang hampir bisa menghilangkan kesabaran.
Ingin
emosi? Pasti. Dan itu hampir saja terjadi.
Untungnya
ketika itu saya hanya mengatakan kepada si kecil, “Ada jus tumpah di dalam
kulkas. Sepertinya ada yang perlu bertanggung jawab.”
Si kecil segera bangun, ambil kain lap, bolak-balik dari kulkas ke kamar mandi. Entah apa yang dia lakukan. Sepertinya tidak mudah membersihkan freezer yg lumayan tinggi buat dia, apalagi di dalamnya banyak es dan kotak makan. Saya biarkan saja. Satu kesalahan saya adalah tidak mengamati apa yang dia lakukan. Biarlah.. tunggu hati ini aman, agar tidak keluar kalimat yang menyakitkan.
Setelah
selesai, ia mendekat dan mengatakan, "umi..sudah bersih."
Saya hanya menjawab, ya.. seraya sibuk dengan urusan sendri.
Malam pun
tiba dan saya ingin membuat segelas es. Ketika saya buka freezer. Masya
Allaah.. sangat rapi dan bersih. Tak ada sedikitpun bekas jus yang tumpah,
ditambah dinding-dinding yang sebelumnya agak kotor krn belum sempat sy
bersihkan, kini berubah jadi bersih. Penataan es, gelas, dan kotak makan di dalam
freezer pun tertata rapi sesuai jenis dan ketinggian. Entah siapa yg
mengajarkan, tapi ini lebih rapi dari sebelumnya.
Astaghfirullah..
saya jadi ingat kejadian siang tadi, meskipun saya tidak memarahi, tapi tetap saja
putri saya merasa bersalah, ditambah saya lupa mengapresiasinya atau sekedar
mengucapkan terimakasih ketika putri saya mengatakan sudah bersih. Seandainya saya
memarahinya karena kejadian tadi, sungguh lisan ini akan berdosa.
Menyesal..
Saya tengok
di kamar, si kecil sedang tidur terlelap. Wajah polosnya terlihat sangat
menggemaskan. Diri ini semakin merasa bersalah. Saya dekati dan mengatakan,
sayang.. umi sayang ya.. maafin umi ya.Terkadang para orang tua sering kali
meremehkan si kecil. Padahal dia hanya butuh sedikit kesabaran kita utk bisa
bereksplorasi dan belajar banyak. Menjadi orang tua memang perlu banyak
belajar.
***
Bayangkan,
jika Bu Puput langsung memberikan reaksi marah atas jus yang tumpah? Bisa jadi
tidak akan ada kisah yang panjang ini. Kemampuan kita mengendalikan diri untuk
tidak mudah emosi, menjadi satu syarat wajib untuk bisa menerapkan Disiplin
dengan Cinta.
Kata
kunci dari Disiplin dengan Cinta ini adalah penggunaan bahasa. Pemilihan diksi
yang tepat, penggunaan bahasa yang
terstruktur, baik dalam menyampaikan informasi maupun dalam memberikan
apresiasi. Barangkali seperti yang disadari oleh Bu Puput sendiri, ada satu
fase yang terlewat dalam kejadian di atas. Sang ibu belum memberikan apresiasi
atas apa yang sikap ananda yang telah bertanggung jawab atas perbuatannya.
Misalnya
dengan menyampaikan apresiasi seperti ucapan terimakasih, “Terimakasih, (sebut
nama) sudah bertanggung jawab. Lain kali kalau mau buka kulkas perlu kontrol
gerakan. (Sebut nama) bisa belajar dari pengalaman dari kejadian ini."
Iya, sebagai orang tua kita memang perlu banyak belajar. Jika sudah terlanjur memang yang hadir hanya penyesalan.Kenapa? karena kalau datangnya di awal itu namanya pendaftaran. Hehehe…
Iya, sebagai orang tua kita memang perlu banyak belajar. Jika sudah terlanjur memang yang hadir hanya penyesalan.Kenapa? karena kalau datangnya di awal itu namanya pendaftaran. Hehehe…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar