Dok. Outbound Buana Edufest! (26/2) |
Jawabannya ternyata dari penggunaan bahasa. Metode ini mendidik
anak mengungkapkan perasaannya dengan bahasa yang baik. Bahasa Indonesia baku dan
berpola. Sebagai contoh, ketika anak merasa penasaran dengan sesuatu, maka ia
akan melontarkan pertanyaan dengan kata tanya
“Kenapa?”
Kenapa ibu
menangis?
Kenapa Ayah
shalat di Masjid?
Kenapa anak
laki-laki tidak pakai jilbab?”
Penggunaan kata kenapa itu secara alami muncul pada anak usia
3-4 tahun. Satu tingkat di bawah itu, anak-anak biasanya mengenal kata tanya “apa.”
Apa ini, apa itu, ini apa?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut pastinya membutuhkan jawaban,
dan ketika jawaban belum memuaskan, maka akan berlanjut ke pertanyaan lanjutan.
Jadi, satu-satunya cara adalah memberikan jawaban yang dapat memuaskan rasa
penasarannya, bukan mematikan bagian kritis anak.
Pada level yang sama, penggunaan berbahasa yang baik juga
sangat erat kaitannya dengan pendidikan akhlak. Tentang adab. Tentang etika.
Ini seperti pada kalimat, bolehkah?
Ayah, bolehkah
Like pinjam bukunya ayah?
Bolehkah
Like pinjam laptopnya ayah?
Apakah Like
boleh pinja mainannya Echa?
Terdengar santun, bukan?
Selama ini kita sering abai dengan cara berbahasa kita yang
cenderung tidak berpola. Mendidik anak menjadi beradab, ternyata bisa dimulai
dari cara berbahasa kita sebagai orang tua dan pendidik. Nyaman terdengar
ketika akhlak anak sudah terbentuk. Ketika bersalah, meminta maaf, ketika
dimintai maaf harus memaafkan.
Lewat bahasa berpola ini pula kita bisa mengingatkan anak
ketika melakukan hal-hal yang tidak semestinya. Ada sebuah batasan yang mesti
kita pahamkan kepada anak, lalu dikuatkan dengan memberinya pijakan. Jika keluar
dari batasan sekaligus pijakan, maka saat mengingatkan pun tidak to the point, tapi tetap dengan
menggunakan bahasa yang tidak membuat perasaan anak tersakiti.
Satu contoh, ketika ada anak bermain di kantor guru, maka
kita bisa mengingatkannya dengan cara begini, “Teman-teman, tempat bermain ada di
ruang sebelah.”
Saat ada anak yang berdiri di atas kursi, kita bisa
mengucapkan, “Sepertinya ada yang tidak menggunakan kursi sesuai fungsinya.”
Ketika anak tiba-tiba datang kemudian memotong pembicaraan orang
tua dengan tamu misalnya, maka kita bisa menggunakan, “Zafira, ibu sedang
bicara dengan tamu. Kalau Zafira ada perlu, nanti bisa setelah urusan ibu
selesai ya,”
Ketika ingin mengingatkan anak yang makan sambil berdiri, maka
kita bisa mengingatkannya dengan cara, “Sepertinya ada yang makan sambil
berdiri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar