Syurganya… dibalik penampilan rapi suami, selalu ada tangan-tangan istri yang menyiapkan semuanya dengan penuh cinta.
“Setrikaannya belum rapi, sini aku setrikain lagi.” Suami hanya
pasrah merelakan kemejanya digosok ulang oleh istri tercinta, karena pastinya
setrikaan istri jauh lebih rapi dari suami.
“Kemeja itu sudah tidak pantas
buat ayah, warnanya sudah pudar. Coba pakai yang ini.” Sang suami kembali
pasrah, melepas kembali kemeja yang sudah dipakai, untuk kemudian diganti
dengan kemeja pilihan istri yang pastinya lebih cerah.
Tapi realitanya….
Masih banyak lelaki yang menyiapkan
baju sendiri yang akan dipakai pada hari itu. Bahkan tidak jarang, saat menyetrika,
sang istri dengan senyum manis mendekat, merapat, sambil memeluk dari belakang.
Scene adegan kayak gini nih yang bikin
suami jadi lebih semangat menyetrika. Meski beberapa saat setelahnya terdengar
suara berbisik di telinga. “Sekalian setrikain punyaku dan anak-anak ya…” Gubrak!
(Laki-laki perlu tahu. Kalau sebenarnya kewajiban mencuci baju, piring,
dan pekerjaan domestic lainnya itu bukan tugas seorang istri. Untuk yang ini,
akan saya bahas di postingan berikut ya…)
Semua dilakukan, apalagi kalau
bukan demi bisa tampil rapi. Kantor tempat kita bekerja tidak perlu tahu
bagaimana kita bisa tampil rapi. Orang-orang lain juga tak perlu tahu bagaimana
cara seseorang bisa tampil dan lebih pantas dilihat oleh relasi. Mereka semua
tak perlu tahu jika dibalik tampil rapinya kita, ada perjuangan berat karena yang
mau dipakai ternyata masih ada dalam tumpukan baju-baju yang menggunung. Mulailah
berjibaku memilih seragam yang yang mau dipakai untuk kemudian disetrika. Belum
lagi mendapati baju yang mau dipakai ternyata kancingnya lepas, dan suka atau
sangat suka, anda harus menjahitnya sendiri.
Tapi yang namanya laki-laki,
tidak selamanya rajin. Manusiawi saya kira. Karena fitrah lelaki itu dilayani.
Yang penting tidak lama-lama malasnya. Akan ada masa-masa ketika memang tidak
sempat mencuci. Meski pakai mesin cuci sekalipun. Sampai akhirnya pilih yang
lebih simple. Sekaligus berbagi
rezeki kepada mbak-mbak yang bekerja di tempat laundry. Cukup tunggu 2-3 hari. Baju-baju kotor kembali sudah dalam
keadaan bersih, wangi, dan rapi.
Ya, sebagai laki-laki perlu
bersyukur. Berpenampilan rapi bagi kaum adam
ini simple. Cukup ada baju yang bisa dipakai, yang penting selaras.
Selesai. Tak perlu parfum dengan bau menyengat. Cukup wangi sabun mandi. Biar
lebih sedikit rapi, rambut diolesi minyak secukupnya. Bila perlu pakai pomade. Biar sekali sisir bisa buat
sampai sore. Jadi, tak perlu bawa sisir rambut di saku celana. Hahaha…
Beda dengan perempuan yang perlu
peniti, bross, mix match hijab, apalagi kalau sudah mencoba mempraktekkan
tutorial hijab yang diinstragram yang muter-muter pakainya. Setidaknya
tergambar pada percakapan imajiner berikut.
”Kalau pakai baju ini rapi tidak yah?” Saya bilang, sudah rapi. Pas
sama tema acaranya. Berpikir sejenak, lalu bilang. “Ah, nggak ah. Aku mau pakai baju biru dongker saja.” Setelah
ditunggu cukup lama, eh, ternyata dia keluar dengan baju warna merah.