Setelah seharian menempuh
perjalanan yang melelahkan, Siti Sundari sudah membayangkan begitu sampai rumah
akan disambut dengan sapaan khas putri tercintanya Zafira. Menyebut umi sambil
memeluk, mendengar sapaan sekaligus pelukan, maka hilanglah segala lelah dan penat,
dan berganti dengan kebahagiaan bisa kembali membersamai putri tercintanya.
Tapi saat itu Wajah Zafira terlihat
kurang semangat. Hanya melihati ibunya masuk rumah.
“Umi perutku tidak enak,” ucap
Zafira. Tidak lama setelah itu ia muntah. Muntah banyak sekali. Apa yang telah dimakan
sepertinya keluar semua. Bahkan, jika dikumpulkan, mungkin ada satu mangkuk.
Yang membuat saya bergetar
mendengar kisah ini adalah ketika Zafira masih sempat-sempatnya meminta maaf. Dengan
mata berkaca-kaca ia berucap, “Umi
maafkan aku. Tadi siang aku makan tidak sehat.”
Tepat setelah selesai mengucapkan
kalimat permintaan maaf, Zafira kembali muntah! Sepertinya ini muntahan
terakhir, karena setelahnya Zafira terlihat lebih lega. Sang ibu kemudian memeluknya.
Menepuk pundaknya. Mengecek suhu
badannya. Seperti menyesalkan karena tidak bisa mendampingi seharian ini,
termasuk memantau makanan.
“Alhamdulilah suhu badannya masih
normal. Semoga ini hanya bentuk penjagaan dari Allah untuk Zafira dari makanan
yang tidak sehat,” kata Sundari mengucap syukur.
***
Ada pelajaran yang sedemikian menggetarkan
dari kisah di atas. Tubuh Zafira tidak mau menerima makanan tidak sehat. Makanya
segera dimuntahkan. Meskipun sudah sempat singgah beberapa saat di dalam perut.
Ini dahsyat sekali, jika ditarik ke kondisi sosial masyarakat kita yang
cenderung bebas mengonsumi makanan apa saja.
Dari kisah ibunya, yang kebetulan
satu kantor, masalah makanan memang benar-benar diperhatikan. Tidak hanya
kehalalan, tapi juga toyyib-nya. Itupula yang diterapkan di Buana Kids dan SD
Al Biruni, dimana untuk urusan makanan termasuk snack, dikelola sendiri oleh tim dapur. Sehingga kualitas sehatnya
terjaga.
Di sekolah yang kami kelola,
anak-anak sudah terbiasa mengonsumsi pisang
rebus, brownies ketela, proll tape, kue mata sapi, kue lumpur kacang hijau,
jagung manis, singkong keju, dan
kue-kue basah yang pembuatannya mengurangi porsi penggunaan terigu. Demikian pula
dengan makan siang yang setiap harinya tidak lepas dari sayuran. Dan semua
dibuat tanpa pewarna buatan, pengawet, apalagi penyedap rasa. Tapi sayangnya
bagi anak-anak diluaran sana, kue-kue di atas seperti tidak punya daya tarik
lagi.
Membuat kebiasaan mengonsumsi
makanan yang sehat itu adalah hal sangat besar. Sayangnya, sebagian besar orang
masih abai terhadap masalah ini, dan tidak terlalu peduli. Parahnya itu tidak dianggap
sebagai masalah besar. Penggunaan MSG atau yang lebih kita kenal sebagai penyedap
rasa, di sebagian besar masyarakat kita masih belum bisa lepas dari dapur rumah.
Belum lagi makanan yang dijual di
warung-warung, jajanan yang dijual bebas di jalan-jalan, yang biasanya dijual di
dekat sekolah. Makanan hanya diolesi pewarna, ditambahkan penyedap bahkan
penguat rasa, bentuk yang dibuat sedemikian rupa agar tampak menarik, tapi dari
nilai kesehatannya… jauh dari yang diharapkan.
Kehancuran generasi dimulai dari
sini. Dari pola makan. Anak diberikan kebebasan memilih makanan tidak sehat.
Tidak pernah dibiasakan memilih makanan yang sehat. Banyak orang sadar, tapi
tidak mampu keluar dari kebiasaan. Banyak yang tidak kuasa menolak dari jeratan
kebiasaan yang membahayakan. Mencoba berhenti mengonsumsi sambal saja kita susahnya
setengah mati. Orang diet saja cobaannya berat dan godaannya luar biasa. Lalu
sampai kapan kita akan berhenti mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat
berbahaya bagi tubuh kita dan anak-anak kita?
Belajarlah pada Zafira. Usianya
belum genap 5 tahun, tapi tubuhnya sudah secara otomatis melakukan kontrol diri.
Dari pengalamannya ia banyak belajar sekaligus tumbuh kesadaran pemahaman akan pemenuhan
kebutuhan diri. Itu karena konsistensi lingkungan dalam menanamkan pemilihan
makanan yang sehat untuk dikonsumsi.
Ali Irfan
SEMAI, menumbuhkan potensi,
menyebar inspirasi
#ParentingSemaiTerdekat, 26
Nopember
#Pre-OrderParentingSemai24Desember
#DisiplinDenganCinta
#PenggunaanBahasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar