Senin, Desember 18, 2017

Anak Indent Vs Anak Insident



Ini adalah narasi yang teringat ketika saya jadi moderator di acara seminar keluarga dengan tema “Membangun Cinta dan Harmoni Keluarga di Jalan Dakwah” yang diselenggarakan oleh RKI (Rumah Keluarga Indonesia) di Grand Dian Hotel (4/12). Saat itu saya mendampingi sepaket pembicara yang merupakan suami istri, Ustad Anwar Jufri, Lc dan Ustazah Husni Anisah. Inilah yang narasi yang teringat itu…

Ada yang luput bahkan terlupakan sebagian besar dari kita, yakni tentang narasi keluarga.  Pernahkah kita menarasikan anak-anak yang kita lahirkan kelak seperti siapa? Apakah perangai dan akhlak anak-anak kita menyerupai Rasulullah dan para sahabat? Pernahkah menarasikan kita bisa melahirkan anak yang menjadi ulamanya para ulama, atau pengusahanya para pengusaha?

Satu narasi seperti yang terabadikan dalam QS Ali Imron 35. Ayat ini menampilkan kisah seorang ibu yang memunculkan narasi tentang anaknya, keunggulan, serta apa peran yang akan dijalani anaknya di masa depan. Yang menarik, narasi ini sudah disetujui oleh Allah SWT. Maryam lahir atas doanya Imron. Yahya lahir atas doanya Zakariya.

Nabi Ibrahim As pun memiliki narasi panjang sampai lahirnya Muhammad Saw lahir atas doa yang dinarasikannya. Maryam, Yahya, Muhammad Saw inilah yang disebut sebagai anak indent. Anak yang lahir atas doa, dan harapan mulia orang tuanya, maupun harapan orang-orang shaleh.

Tapi sayangnya, kebanyakan anak-anak kita lahir sebagai anak incident. Anak yang lahir tanpa perencanaan. Anak yang lahir tanpa narasi. Jika demikian, maka tidak mengherankan ketika dewasa ini ada begitu banyak orang tua yang merasa kebingungan dalam mendidik anak, ada begitu banyak anak bermasalah yang sedemikian kompleks. Kenapa ini bisa terjadi, karena anak-anak ini lahir tanpa narasi.

Mulai sekarang seriuslah membuat narasi kepada Allah. Dari doa-doa yang kita panjatkan, kita berharap Allah berkenan memberikan langsung 4 hal kepada kita tanpa perantara. Keempat hal itu adalah ilmu, keyakinan, akhlak mulia, dan ketrampilan. Kita berharap Allah memberikannya langsung. Satu permintaan yang belum pernah diberikan Allah kepada siapapun. Khusus hanya diberikan kepada kita dan tidak akan Allah berikan kepada yang lain selain kepada kita.

Bermain peran, menyenangkan anak-anak
Mulai saat ini seriuslah kita mengkaji pedoman yang kita yakini, Al Qur’an dan Hadits, karena keduanya menjadi titik temu antara kita dengan generasi yang akan datang. Bahkan tidak menutup kemungkinan 15 abad yang akan datang akan teriwayatkan kembali narasi-narasi yang kita catat saat ini.

Mulai detik ini juga marilah kita menjadi pasangan yang bersepakat untuk sepaketdalam merancang keluarga atas narasi-narasi yang kita inginkan untuk anak-anak kita. Ketika salah satu pasangan kita punya ide, maka kita membenarkan dan berusaha untuk membantu mewujudkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN