Rabu, Februari 01, 2017

Bagaimana Menangani Kakak yang Suka Jahil kepada Adiknya?



 Assalamu’alaikum... anak saya yang besar umur 4 tahun suka ‘jahilin’ adiknya (umur 2 tahun) sampai nangis seringnya, saya sudah mengingatkan dengan bahasa yang lembut tapi kok belum ada perubahan. Mohon bantuan solusinya ibu... Description: https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v7/f4c/1/16/1f642.png:-) Terimakasih...
Atmi Hapsari, Tanjung - Brebes

Wa’alaikumsalam wr.wb, Bu Atmi...
Untuk kasus ini, kita tidak bisa serta merta hanya melihat dari sisi penggunaan bahasa saja. Kasus kakak-adik perlu kita cermati lebih dalam, apalagi dengan jarak usia yang berdekatan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. ‘iseng’ atau ‘jail’ bisa muncul dari rasa cemburu sang kakak atau sebaliknya.
2. Bagaimana cara ibu memberi perhatian untuk kakak dan adik. Ketika ibu bereaksi hanya ketika melihat sang kakak ‘usil’ atau ‘melakukan sesuatu terhadap adik’ maka, yang tertanam dalam diri sang kakak adalah : ibuku akan memberiku perhatian ketika aku ‘iseng’ kepada adik.
3. Ketika sang kakak sedang berbuat sesuatu yang ‘manis’, apakah ibu memberikan perhatian maupun mengapresiasinya? Apresiasi yang proporsional perlu dilakukan sebagai wujud rasa sayang orangtua terhadap anak.
4. Jika kakak masih tetap ‘usil’, coba kita telusuri masa lalu sang kakak. Apakah di setiap tahap usianya sudah kita penuhi kebutuhan perkembangannya? Karena, bisa jadi penyebab anak menjadi ‘usil’ sebenarnya bukan seperti yang kita maknai selama ini. Tetapi, lebih kepada adanya kebutuhan yang ‘belum terisi’ di usia sebelum 4 tahun. sudahkah terpenuhi kebutuhan sensorimotor kakak pada 2 tahun pertama usianya? Jika belum, maka, tindakan-tindakannya yang kita anggap sebagai tindakan ‘usil’ tadi jika dilihat dari sudut pandang sang kakak, ia hanya sedang dalam rangka memenuhi kebutuhannya yang ‘belum terisi’.
Dari sinilah kita bisa mengerti bagaimana pentingnya mendampingi tumbuh kembang buah hati sesuai dengan tahap usianya.
Sebagai contoh, anak usia 2 tahun yang suka melempar-lempar makanan. Tindakan kita biasanya langsung mengarahkan agar tidak melempar. Padahal, kebutuhan anak usia 2 tahun memang sedang membutuhkan pemenuhan kebutuhan sensorimotor, menggerakkan seluruh anggota badan terutama tangan dan kaki, kegiatannya bisa berupa memukul, melempar, menendang, mencubit, dll. Dampingi dan fasilitasi dengan alat main yang mendukung pemenuhan kebutuhannya.
Selanjutnya, kita amati dari pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa dalam kasus ini selain menerapkan tanpa 3M, baik dan benar serta berpola, juga harus memperhatikan Kontinum Berbahasa (Pelatihannya insya Allah akan dilaksanakan pada 9 Februari 2017).
Kita juga bisa menggunakan kesepakatan di awal dengan kakak dan adik. Kesepakatan harus melibatkan anak-anak dan harus sampai benar-benar ‘deal’. Misalnya, sepakat bahwa sang kakak menggunakan sepeda berwarna biru dan sang adik menggunakan sepeda berwarna merah atau tawarkan kesepakatan apakah perlu saling bertukar sepeda pada saat-saat / kesempatan tertentu?
Dan yang tidak kalah penting adalah pijakan sebelum main. Jadi terkadang dalam sebuah kasus tidak serta merta dengan menggunakan bahasa bisa langsung menjawab segala persoalan. Hal yang juga perlu untuk diperhatikan adalah kedisiplinan kita, dan lingkungan sekitar dalam menggunakan rambu-rambu berbahasa seperti yang sudah didapatkan Bu Atmi dari pelatihan yang pertama. Demikian Bu Atmi Hapsari... Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN