Jumat, Desember 09, 2016

Bukan Sekedar Trend, Bukan Pula Urusan Modis



Istri saya tercinta membelikan sepatu sandal baru untuk Echa. Usia si cantik hampir 2 tahun. Bentuk sandalnya menarik, modern, dan warnanya cerah, pokoknya kid minded! Dapat menarik siapa saja, tidak hanya anak tapi juga orang tua tak terkecuali ya istri saya itu. Dan dugaan saya benar, Like, sang kakak tertarik dengan sandal baru adiknya. Akhirnya Like meminta ijin untuk memakai sandal adik untuk dipakai ke sekolah. Tapi…  disinilah masalah itu terjadi.

Like tampak kerepotan saat hendak memakai sandal sepatu itu. Entah berapa lilitan yang melingkari pergelengan di area mata kaki sehingga butuh waktu banyak bagi si kakak untuk mengenakannya. Saat itu saya sudah siap-siap mengantar ke sekolah. Sudah siap tancap gas. Tinggal menunggu si kakak. Saya yang sudah menunggu cukup lama, akhirnya mulai bereaksi. “Ini sudah jam berapa? Kalau Like kerepotan bisa pakai sepatu yang biasa Like pakai.”

Model sandal itu ternyata terlalu merepotkan saat akan dipakai. Alih-alih tampil modis, kekinian, tapi justru mengabaikan hal prinsip yang bisa melatih kemandirian anak. Sandal itu ternyata tidak sesuai dengan tahap perkembangan kebutuhan anak. Bahkan dalam hati saya sempat berpikir yang tidak-tidak tentang anak saya. Tidak biasanya bisa selama ini hanya untuk urusan memakai sepatu. Hampir saja saya mengatakan kalau anak saya lambat, tidak sigap, kurang menguasai klasifikasi waktu, belum bisa menentukan prioritas, sungguh pikiran yang perlu dibuang jauh-jauh karena mengarah kita untuk tidak berpikir positif.

Karena keterdesakkan waktu yang sudah siang, akhirnya saya juga yang turun tangan membantu memakaikan sandal sepatu itu. Saat sampai di sekolah, ternyata Like merasa kesulitan juga untuk melepasnya. Saya pula yang bantu melepaskan. Akhirnya saya berkesimpulan bahwa sandal ini sangat tidak tepat buat anak. Karena tidak melatih kemandirian. Tidak efisien.

Kasus serupa juga pernah terjadi tapi dengan produk yang berbeda. Tas roda. Di sekolahnya, banyak teman-temannya mengenakan tas yang didesain seperti koper dengan roda di bagian bawah. Yang namanya anak-anak, mudah tergiur dengan apa yang dibawa teman seusianya. Karena tas yang sudah rusak juga resletingnya, uminya Like pun membelikan tas. Dan pilihan Like jatuh pada tas roda. Seperti punya teman-temannya. Apa yang salah dari model tas itu? Coba perhatikan baik-baik!

Roda dalam koper itu memang didesain untuk meringankan beban yang berat. Sementara fungsi tas itu digendong. Cara membawanya diseret. Coba kita kembalikan pada fakta atau fungsinya. Tas beroda itu untuk koper. Koper untuk membawa beban yang berat. Misal mau pergi ke luar negeri, naik pesawat, yang butuh bawa banyak barang, sangat dianjurkan pakai koper beroda. Lagian, apakah beban yang dibawa anak TK seberat itu, sehingga memerlukan roda? Tidak kan?

Dan saat naik motor pun Like merasa kerepotan mau diletakkan dimana tas roda itu. Akhirnya beberapa kali tas itu berada dipangkuannya, dan membuat tidak nyaman. Sampai akhirnya ia tidak mau pakai tas itu lagi. Dan lebih memilih tas gendong biasa yang lebih ringan dan mudah dicangkolkan di sepeda motor.

Satu lagi masalah baju. Kali ini memang murni kesalahan saya yang punya anggapan kalau baju bermerek itu bagus. Ternyata tidak demikian. Bajunya sih modis, branded, sayangnya tidak ramah anak. Bagaimana mau ramah, kancing baju usia anak 4 tahun letaknya di belakang. Orang dewasa saja pasti kerepotan jika model kancing atau resleting bajunya ada di belakang, apalagi anak-anak? Lebih menyedihkannya lagi ketika saya sendiri yang menyaksikan saat baju itu dibawa ke sekolah sebagai baju ganti. Selesai mandi, anak saya lama sekali memegangi baju itu, ternyata ia kebingungan cara memakai bajunya karena posisi kancing yang di belakang. Dari sini saya merasa bersalah!

Jangan memilih sesuatu untuk anak sesuai dengan persepsi kita. Tapi perlu dipandang juga dalam perspektif anak.  Baju atau sandal yang kita pilih itu ramah anak atau justru malah merepotkan anak atau bahkan merepotkan orang lain? Pertimbangannya tidak lagi sekedar urusan modis, lagi trend, tapi lebih kepada fungsinya. Lebih kepada  manfaat. Jauh dari itu adalah yang bisa membuat anak bisa berlatih mandiri sesuai tahap perkembangannya. 

Ketika anak kita tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri anak juga kan yang repot nantinya. Ketika anak terbiasa dimudahkan, maka anak tidak akan memiliki daya juang. Ketika pada usia anak terbiasa dimudahkan segala urusannya maka kelak ketika anak besar tidak akan menjadi pribadi yang tangguh. Sedikit menemui kesulitan langsung mengeluh.
                                                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mentalitas Menghadapi USBN